Sabtu, 28 Agustus 2010

Askep Batu Saluran Kemih



A.    Konsep Dasar
1.      Pengertian
a.       Batu saluran kemih
Batu saluran kemih adalah benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih (Pierce A Grace, 2006) dan dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai dengan kandung kemih dan ukurannnya bervariasi dari deposit granuler yang kecil disebut pasir atau kerikil sampai dengan batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange (Suzzane C Smeltzer, 2002).
Pendapat lain menyebutkan batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (www.medicastore.com)
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis, urolithiasis, atau renal calculi (www.tempo.com)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang dipresipitasi dari berbagai zat terlarut yang terbentuk disetiap bagian ginjal sampai kandung kemih dan ukurannya dapat beravariasi dari yang kecil seperti pasir sampai dengan sebesar kandung kemih.
b.      Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000 hal 64-66 adalah:
1)      Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:
a)      Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh komponen:
(1)   Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
(2)   Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
(3)   Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal
(4)   Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal
b)      Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam
c)      Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.
d)     Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat
2)      Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus
3)      Batu asam urat
Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:
a)      Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung purine, peminum alcohol.
b)      Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c)      Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.
4)      Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia dewasa.
5)      Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine.
2.      Patofisiologi
a.       Etiologi
1)      Teori pembentukan batu
Menurut Mansjoer Arief dkk, dalam buku Kapita Kedokteran edisi 3 jilid 2, 2000 hal 334, dan Basuki B Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi tahun 2000 hal 63 teori pembentukan batu saluran kemih adalah :
a)      Teori inti (nucleus) : batu terbentuk dalam urine karena adanya inti batu (nucleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat  jauh (supersatured) akan berada di dalam nucleus sehingga membentuk batu. Inti batu dapat berupa Kristal atau benda asing disaluran kemih.
b)      Teori matriks : matriks organic yang berasal dari serum atau protein-protein urine (albumin, globulin dan makroprotein) memberikan kemungkinan pengendapan Kristal.
c)      Teori inhibitor : urine mengandung zat penghambat kristalisasi antara lain: magnesium sitrat, pirokostrat, mukoprotein dan beberapa peptide. Jika kadar salah satu atau beberapa zat berkurang memudahkan terbentuknya batu saluran kemih.
2)      Faktor instrinsik
a)      Herediter (keturunan)
b)      Umur : penyakit ini paling sering dijumpai pada usia 30-50 tahun
c)      Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dari perempuan
3)      Faktor ekstrisik
a)      Pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal dengan daerah stone belt
b)      Iklim dan temperature
c)      Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat menigkatkan insiden batu saluran kemih
d)     Diet : banyak purin, okslat, dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih
e)      Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas
f)       Penyakit tertentu seperti asidosis tubuli ginjal, infeksi saluran kemih (ISK), hiperpharatyroid.
b.      Proses Penyakit
Batu saluran kemih dapat terjadi dari beberapa faktor yaitu imobilisasi yang dapat menyebabkan statis urin, peningkatan atau penurunan pH, diit makanan tertentu seperti; tinggi oksalat, purin, dan kalsium. Ketiga factor tersebut dapat meningkatkan substansi dari kalsium, oksalat, asam urat atau fosfat sehingga urin menjadi keruh dan menghambat aliran urine yang merangsang pembentukan batu. Batu saluran kemih juga dapat diakibatkan oleh ISK yang terdapat kuman pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease yang menghidrolisis urea menjadi amoniak yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium fosfat. Selain itu batu dapat terbentuk dari penurunan sitrat dan magnesium yang merupakan faktor penghambat pembentukan batu sehingga mempermudah terjadinya batu khususnya batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Ada batu di dalam saluran kemih, membuat terjadinya obstruksi, obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter karena ureter membengakak oleh urine, hidroureter yang tidak diatasi dapat menyebabkan hidronefrosis. Obstruksi juga menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstitium dan dapat menyebabkan penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR). Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu, akhirnya dapat terjadi gagal ginjal. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (statis urine) maka infeksi bakteri meningkat dan menyebabkan pielonefrilitis, ureteritis, dan sistitis.
c.     Manifestasi klinis
Menurut Mansjoer Arief dkk, dalam buku Kapita Kedokteran edisi 3 jilid 2, 2000 hal 335, dan Basuki B Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi tahun 2000 hal 68-69 manifestasi klinik dari batu saluran kemih tergantuung dari lokasi batu tersebut berada diantaranya :
1)      Batu di ginjal
Menyebabkan pegal dan kolik di daerah CVA, nyeri tekan dan nyeri ketok CVA. Bila terjadi hidronefrosis akan teraba massa dan jika terinfeksi dapat terjadi sepsis akan demam, menggigil, serta apatis, gejala traktus disgestivus dapat menimbulkan nausea, vomitus, dan distensi abdomen, hamaturia makro (10%) maupun mikro (90%).
2)      Batu di ureter
Menyebabkan nyeri hebat (kolik), menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, pada pria rasa sakit akan menjalar ke testis bila batu di ureter proksimal atau ke vulva pada wanita, dan ke skrotum. Pada batu di daerah distal ureter, juga dapat nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Bila batu menetap di ureter hanya ditemukan rasa pegal di CVA karena bendungan, jika ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter hidronefrosis.
3)      Batu di vesica urinaria
Mempunyai gejala miksi yang lancer tiba-tiba berhenti dan terasa sakit menjalar ke penis. Miksi yang berhenti itu dapat lancer kembali bila posisi di ubah. Bila terjadi infeksi ditemukan tanda-tanda sistisis hingga hematuria. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan supra simpisis karena infeksi atau teraba massa karena retensio urine.
4)      Batu di uretra
Dapat mengalami miksi yang tiba-tiba berhenti disertai rasa sakit yang hebat pada gland penis, batang penis, perineum dan rectum.
d.      Komplikasi
1)      Hidronefrosis
2)      Hidroureter
3)      Pielonefritis
4)      Ureteritis
5)      Sistisis
6)      Gagal ginjal
3.      Penatalaksanaan
a.       Terapi
1)      Penghilang nyeri kolik ureter : penitidin, diklofenak, morfin, meperiden
2)      Peningkatan asupan cairan untuk meningkatkan aliran urin sebagai usaha untuk mendorong. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan terhadap batu saluran kemih dapat mencegah pembentukan batu.
3)      Mengubah pH urine untuk meningkatkan pemecahan batu
4)      Pengurangan asupan bahan-bahan makanan pembentukan batu
a)      Batu kalsium : diit rendah kalsium, thiazide : mengurangi kalsium dalam urine dan menurunkan kadar parathormon
b)      Batu asam urat : diit rendah purine, allopurinol (zyloprim) untuk mengurangi asam urat serum dan eksresi asam urat kedalam urine
c)      Batu sistin : diit rendah protein, penisilin untuk mengurangi sistin dalam urine
d)     Batu oksalat : pembatasan makanan oksalat seperti kacang, seledri, the, kopi, kacang tanah.
b.      Pemeriksaan penunjang
1)      Pada pemeriksaan urinalisa bila pH >7,6 ditemukan kuman area splitting yang menyebabkan batu anorganik sedangkan pH asam menyebabkan batu organic (batu asam urat). Dapat pula ditemukan sediment hematuria mikroskopik (90%) dan bila terjadi infeksi maka leukosit akan meningkat. Pemeriksaan untuk mancari penyebab antara lain dengan pengukuran Ca, fosfor, asam urat dalam urine 24 jam.
2)      Pada pemeriksaaan (Kidney Ureter Bladder) KUB atau (Intravena Pyelograpphy) IVP terlihat lokasi, ukuran dan jumlah batu serta melihat adanya bendungan.
3)      Kultur urine : untuk mengetahui infeksi sekunder
4)      Renogram : menilai fungsi ginjal
5)      Pemeriksaan radiology lain yang dapat menunjang antara lain Siteroureskopi USG, CT scan, MRI atau nuclear scintigraphy yang dapat mengidentifikasi batu kecil yang sulit diidentifikasi secara konvonsional.
c.       Penatalaksanaan
1)      Medikamantosa
Terapi medikamantosa ditunjukan untuk batu dengan ukuran kurang dari 5mm, karena diharapkan dapat keluar dengan spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar urine dengan member diuretic dan minum banyak agar dapat mendorong batu keluar.
2)      Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Prosedur non invasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal, dilakukan dengan gelombang kejut dibangkitkan melalui pelepasan energy yang kemudian di salurkan ke air dan jaringan lunak. Ketika gelombang kejut menyentuh substansi yang intensitasnya berbada (batu renal), tekanan gelombang mengakibatkan permukaan batu pecah dan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan di eksresikan ke dalam urine.
3)      Endourologi
Tindakan ini merupakan tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu dan kemudian dikeluarkan dari saluran kemih.
a)      Percutaneous Nephro Litholapaxy (PNL) : yaitu mengeluarkan batu yang ada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke system kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
b)      Litotripsi : yaitu memecah batu bulu-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotripto) ke dalam buli-buli, pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik
c)      Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : yaitu memasukan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau system pielokaliks ginjal. Dengan memakai energy tertentu, batu yang berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan ureteroskopi/ureteronoskopi ini.
d)     Ekstrasi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaring melalui alat keranjang Dormia.
4)      Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik missal agens pembuat basa (alkylating) dan pembuatan asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit) nefrostomi perkutan dilakukan dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus menerus ke batu. Cairan pengirigasian memasuki duktus kolektikus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi. Tekanan di dalam piala ginjal dipantau selama prosedur.
5)      Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah : pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu di saluran ginjal, ureterolitotomi untuk batu di ureter, vesikolitotomi untuk batu buli-buli dan ureterolitotomi untuk batu uretra. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis) akibat dari batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
4.      Pengkajian Keperawatan
            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang terdiri dari :
a.       Identitas Klien
      Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b.      Riwayat Keperawatan
1)      Riwayat kesehatan masa lalu
2)      Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
3)      Riwayat kesehatan sekarang
            Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c.       Riwayat kesehatan keluarga
      Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d.      Riwayat psikososial
      Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e.       Kebiasaan sehari-hari
      Pola nutrisi : anoreksia, mual, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat. Ketidakcukupan masukan cairan: tidak minum air dengan cukup
1)      Pola eliminasi : penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar pada saat berkemih, dorongan berkemih, diare, hematuri, perubahan pola berkemih,
2)      Pola aktivitas: biasanya pada klien dengan batu saluran kemih jarang melakukan aktivitas yang banyak duduk
f.       Pemeriksaan fisik meliputi :
1)      Inspeksi : perhatikan body language klien terhadap perilaku melindungi, dan adanya ekspresi tegang
2)      Palpasi : palpasi area CVA terhadap adanya nyeri tekan dan pembesaran ginjal
3)      Perkusi : perkusi area CVA terhadap adanya nyeri ketok yang menjalar ke abdomen bagian depan dan dapat ke area genitalia.
4)      Auskultasi
g.      Pemeriksaan diagnostik
1)      Urinalisa : warna mungkin kuning keruh, kuning, gelap, berdarah, secara umum menunjukan Sel Darah Merah  (SDM), Sel Darah Putih (SDP) Kristal, serpihan, mineral, bakteri, pus, pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium fosfat atau batu kalium fosfat).
2)      Urine 24jam : kreatinin, asam urat, kalsium fosfat, oksalat mungkin akan meningkat
3)      Kultur urine : mungkin menunjukan ISK
4)      Hitung darah lengkap : sel darah putih (SDP) mungkin meningkat yang menunjukan infeksi
5)      Hb/Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau anemia
6)      KUB : menunjukan adanya kalkuli dan atau adanya perubahan anatomi pada area ginjal disepangjang ureter
7)      IVP : memberikan konfirmasi cepat tentang urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul, menunjukan abnormalitas pada struktur anatomic (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli
8)      Sistoureteroskopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan atau efek obstruksi
9)      Computed Thomography scan (CT scan) : mengidentifikasi kalkuli dan massa lain : ginjal, ureter dan distensi kandung kemih
10)   Ultrasound ginjal : untuk mengetahui perubahan obstruksi, lokasi batu
5.      Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan klien adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2000). Diagnosa keperawatan pada klien dengan batu saluran kemih adalah :
a.       Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
b.      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik
c.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
d.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan tentang pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
6.      Perencanaan Keperawatan
            Perencanaan meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifkasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2000).
            Tujuan klien dan tujuan perawat adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien dan keterampilan perawat.
            Kriteria hasil berfokus pada klien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan diukur, ada batas waktunya, realistic, ditentukan oleh perawat dank lien.
            Perencanaan padda klien dengan batu saluran ginjal diantaranya adalah :
a.       Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil : nyeri klien hilang atau berkurang
Intervensi :
1)      Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran, perhatikan tanda-tanda non verbal
2)      Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke perawat terhadap perubahan nyeri
3)      Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung
4)      Bantu dan dorong pengurangan nafas dalam, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapetik
5)      Dorong ambulasi sering sesuai dengan indikasi dan tingkatan masukan cairan 3-4liter dalam toleransi jantung
6)      Perhatikan keluhan atau peningkatan nyeri abdomen
7)      Berikan kompres hangat pada punggung
8)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik sesuai indikasi
b.      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik
Tujuan : pola berkemih kembali normal
Kriteria hasil : klien dapat berkemih dengan normal dan terkontrol, klien tidak mengalami tanda-tanda obstruksi
Intervensi :
1)      Awasi masukan dan pengeluaran urine
2)      Tentukan pola berkemih klien dan perhatikan variasi
3)      Dorong peningkatan pemasukan cairan 3-4liter
4)      Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan cek hasil laboraturium
5)      Selidiki adanya keluhan kandung kemih penuh, perhatikan keluaran urin
6)      Awasi perubahan status mental, perilaku dan tingkat kesadaran
7)      Pantau hasil laboraturium
8)      Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas
9)      Berikan obat sesuai indikasi missal allopurinol, hidroklorotizid, natrium bikarbonat, asam askorbat
10)   Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi
11)  Siapkan pasien untuk tindakan prosedur pengobatan contoh pielolitotomi terbuka, lithoripsi ultrasonic perkutaneus
c.       Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
Tujuan : kebutuhan volume cairan dapat terpenuhi
Kriteria hasil : tanda-tanda vital stabil dan berat badan dalam batas normal, nadi perifer normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik
Intervensi :
1)      Awasi pemasukan dan pengeluaran
2)      Catat insiden muntah dan diare, perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah, diare.
3)      Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter perhari dalam toleransi jantung
4)      Awasi tanda-tanda vital, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa
5)      Timbang berat badan tiap hari
6)      Awasi Hb/Ht, elektrolit
7)      Kolaborasi dengan tim medis pemberian cairan IV
8)      Kolaborasi pemberian diit yang tepat
9)      Kolaborasi pemberian obat antiemetic sesuai indikasi
d.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan tentang pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
Kriteria hasil : klien dapat menghubungkan gejala dan faktor penyebab, melakukan perubahan perilaku yang perlu dan beradaptasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1)      Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa dating
2)      Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan 3-4liter perhari/ 6-8liter perhari
3)      Diet rendah purin
4)      Diet rendah kalsium
5)      Diet rendah oksalat
6)      Diet rendah kalsium/fosfat dengan jeli karbonat alumunium 30-40m, 30 menit perjam
7)      Diskusikan program obat-obatan, hindari obat-obatan yang dijual bebas, membaca label atau kandungan makanan
8)      Dengar secara aktif tentang program terapi/ perubahan pola hidup
9)      Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medic, contoh nyeri berulang, hematuria
10)  Tunjukan perawatan yang tepat terhadap insisi atau kateter bila ada
7.      Pelaksanaan Keperawatan
            Pelaksanaan keperawatan dilakukan setelah didapatkan rencana keperawatan yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan klien. Pelaksanaan keperawatan harus mengacu terhadap rencana yang telah di buat, karena di dalamnya terdapat tindakan keperawatn yang harus dilakukan saat itu.
            Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2000). Tahap pelaksaan dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan ditujukan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan keperawatan pada klien dengan batu saluran kemih adalah :
a.       Meningkatkan masukan cairan 3-4 liter tiap hari
b.      Meningkatkan mobilisasi klien
c.       Manajemen nyeri misalkan mengajarkan teknik relaksasi/ nafas dalam, teknik manajemen imajinasi
d.      Diet terhadap makanan tertentu yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya batu saluran kemih.
8.      Evaluasi Keperawatan
            Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya berhasil dicapai. Melalui evaluasi keperawatan memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2000).
            Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a.       Proses (sumatif)
      Fokus tipe ini adalah aktiivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan. Pada evaluasi ini terus menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tarcapai.
b.      Hasil (formatif)
      Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan perawatan klien.
Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan batu saluran kemih adalah :
1.      Nyeri dapat teratasi atau berkuarang
2.      Pola berkemih dalam batas normal
3.      Dapat mempertahankan keseimbangan cairan adekuat
4.      Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit.